anggrahinimenapaklangit.blogspot.com
Tangga Menuju Gugus Tsurayya: Menyumpal Durhakaku
http://anggrahinimenapaklangit.blogspot.com/2009/02/menyumpal-durhakaku.html
Tangga Menuju Gugus Tsurayya. Sudut-sudut kontemplasi yang tak kau mengerti belum mati. Tangga langit tengah menyibak awan cendawan untuk mempersembahkan sebuah pintu. Inilah aku! Memecah cangkang inferiority untuk melahap segala oportunity. Niscaya! Minggu, 22 Februari 2009. Aku jadi manusia yang belum bernama. Bagaimana rasanya, aku sudah lupa. Apakah dulu aku senang dilahirkan ke dunia? Apa aku girang membayangkan dolanan alias games yang segera dapat kumainkan? Barangkali seharusnya aku lahir dari se...
anggrahinimenapaklangit.blogspot.com
Tangga Menuju Gugus Tsurayya: Oktober 2008
http://anggrahinimenapaklangit.blogspot.com/2008_10_01_archive.html
Tangga Menuju Gugus Tsurayya. Sudut-sudut kontemplasi yang tak kau mengerti belum mati. Tangga langit tengah menyibak awan cendawan untuk mempersembahkan sebuah pintu. Inilah aku! Memecah cangkang inferiority untuk melahap segala oportunity. Niscaya! Rabu, 22 Oktober 2008. Aku tak sedang menjadi apa atau siapa. Aku diam hanya ingin diam. Aku amnesia dalam terjangan insomnia. Kabut, embun, dan azan. Sepi yang ku kagumi. Sepi yang ku tunggu berhari-hari. Tubuhku sangsai lunglai terabai. Tak ada yang ku tuju.
anggrahinimenapaklangit.blogspot.com
Tangga Menuju Gugus Tsurayya: September 2008
http://anggrahinimenapaklangit.blogspot.com/2008_09_01_archive.html
Tangga Menuju Gugus Tsurayya. Sudut-sudut kontemplasi yang tak kau mengerti belum mati. Tangga langit tengah menyibak awan cendawan untuk mempersembahkan sebuah pintu. Inilah aku! Memecah cangkang inferiority untuk melahap segala oportunity. Niscaya! Kamis, 18 September 2008. Bolehkah Aku Tidak Mencintaimu Sedetik Saja? 8220; Bolehkan aku tidak mencintaimu sedetik saja? 8221; Wahyu menatapku terkejut. Kerut di dahinya kentara sebagai perlambang ketidaknyamanan. ”Boleh tidak? 8221;Apakah harus dijawab?
anggrahinimenapaklangit.blogspot.com
Tangga Menuju Gugus Tsurayya: November 2008
http://anggrahinimenapaklangit.blogspot.com/2008_11_01_archive.html
Tangga Menuju Gugus Tsurayya. Sudut-sudut kontemplasi yang tak kau mengerti belum mati. Tangga langit tengah menyibak awan cendawan untuk mempersembahkan sebuah pintu. Inilah aku! Memecah cangkang inferiority untuk melahap segala oportunity. Niscaya! Senin, 10 November 2008. Apakah aku harus diam di sudut saat tawa bahana bergelora? Ataukah aku menahan sakit hati seorang diri? Mestikah meratapi dan terus menerus mengutuk keadaan? Bukan hendak menyerah dan lantas terjerembab dalam inferioritas.
anggrahinimenapaklangit.blogspot.com
Tangga Menuju Gugus Tsurayya: Dalam Hening
http://anggrahinimenapaklangit.blogspot.com/2008/10/dalam-hening.html
Tangga Menuju Gugus Tsurayya. Sudut-sudut kontemplasi yang tak kau mengerti belum mati. Tangga langit tengah menyibak awan cendawan untuk mempersembahkan sebuah pintu. Inilah aku! Memecah cangkang inferiority untuk melahap segala oportunity. Niscaya! Rabu, 22 Oktober 2008. Aku tak sedang menjadi apa atau siapa. Aku diam hanya ingin diam. Aku amnesia dalam terjangan insomnia. Kabut, embun, dan azan. Sepi yang ku kagumi. Sepi yang ku tunggu berhari-hari. Tubuhku sangsai lunglai terabai. Tak ada yang ku tuju.
anggrahinimenapaklangit.blogspot.com
Tangga Menuju Gugus Tsurayya: Februari 2009
http://anggrahinimenapaklangit.blogspot.com/2009_02_01_archive.html
Tangga Menuju Gugus Tsurayya. Sudut-sudut kontemplasi yang tak kau mengerti belum mati. Tangga langit tengah menyibak awan cendawan untuk mempersembahkan sebuah pintu. Inilah aku! Memecah cangkang inferiority untuk melahap segala oportunity. Niscaya! Minggu, 22 Februari 2009. Aku jadi manusia yang belum bernama. Bagaimana rasanya, aku sudah lupa. Apakah dulu aku senang dilahirkan ke dunia? Apa aku girang membayangkan dolanan alias games yang segera dapat kumainkan? Barangkali seharusnya aku lahir dari se...
anggrahinimenapaklangit.blogspot.com
Tangga Menuju Gugus Tsurayya: Maret 2009
http://anggrahinimenapaklangit.blogspot.com/2009_03_01_archive.html
Tangga Menuju Gugus Tsurayya. Sudut-sudut kontemplasi yang tak kau mengerti belum mati. Tangga langit tengah menyibak awan cendawan untuk mempersembahkan sebuah pintu. Inilah aku! Memecah cangkang inferiority untuk melahap segala oportunity. Niscaya! Rabu, 11 Maret 2009. Tahun-tahun terakhir sebelum almarhumah meninggal, akulah yang menemani tidurnya. Akulah yang memeluknya. Akulah yang bersandar nyaman di pahanya sambil bercerita panjang-lebar. Akulah yang kadang membersihkan darah yang mere...Aku telah...
anggrahinimenapaklangit.blogspot.com
Tangga Menuju Gugus Tsurayya: Kalah Terhormat
http://anggrahinimenapaklangit.blogspot.com/2008/11/kalah-terhormat.html
Tangga Menuju Gugus Tsurayya. Sudut-sudut kontemplasi yang tak kau mengerti belum mati. Tangga langit tengah menyibak awan cendawan untuk mempersembahkan sebuah pintu. Inilah aku! Memecah cangkang inferiority untuk melahap segala oportunity. Niscaya! Senin, 10 November 2008. Apakah aku harus diam di sudut saat tawa bahana bergelora? Ataukah aku menahan sakit hati seorang diri? Mestikah meratapi dan terus menerus mengutuk keadaan? Bukan hendak menyerah dan lantas terjerembab dalam inferioritas. Gugusan Bi...
anggrahinimenapaklangit.blogspot.com
Tangga Menuju Gugus Tsurayya: Pecundang Paling Gagah
http://anggrahinimenapaklangit.blogspot.com/2008/09/pecundang-paling-gagah.html
Tangga Menuju Gugus Tsurayya. Sudut-sudut kontemplasi yang tak kau mengerti belum mati. Tangga langit tengah menyibak awan cendawan untuk mempersembahkan sebuah pintu. Inilah aku! Memecah cangkang inferiority untuk melahap segala oportunity. Niscaya! Kamis, 18 September 2008. Maka, jika hari ini kau meratap, mengeluh, dan mengumpat karena kekalahan, berpikirlah ulang. Bisa jadi kejengkelanmu berbalik menjadi motivasi berlipat yang mampu memperbaiki keadaan. Mengapa kau merasa kalah padahal kau hebat?